Pagelaran Mamaca dan Proses Menjadi Manusia Madura

  • Panakajaya Hidayatullah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember
Keywords: tradisi lisan, mamaca, madura, pagelaran, sumenap

Abstract

Masyarakat Madura mewarisi tradisi sastra lisan yang sampai saat ini masih dipertahankan, yakni tradisi mamaca. Mamaca adalah salah satu seni tradisi yang hidup dalam masyarakat Madura sejak masuknya Islam ke Jawa dan Madura. Teks mamaca ada beragam jenisnya di antaranya yaitu Nor Bhuwwât (Kisah kanjeng Nabi Muhammad), Pandhâbâ (kumpulan cerita Pandawa), dan Juwâr Manik. Teks tersebut memiliki fungsi dan pemaknaannya sendiri. Biasanya pemilihan teks yang dibacakan menyesuaikan dengan konteks acaranya. mamaca biasa digunakan dalam dua jenis acara yakni acara yang bersifat sakral seperti Rokat Pandhâbâ (ruwat anak pandawa), Mèrèt Kandung (selamatan kehamilan), Molotan (peringatan maulud Nabi) dan Isra' Mi'raj (peringatan Isra' Mi'raj); serta acara yang bersifat profan yaitu kompolan mamaca (perkumpulan mamaca), arisan mamaca (arisan mamaca), dan hiburan. Bagi masyarakat Madura khususnya di Sumenep Madura, mamaca tidak hanya sekedar pagelaran seni semata namun sebuah proses untuk mengenali diri (Ngajhi Abâ’), mempelajari tatakrama (adhâb), internalisasi nilai-nilai Islam dan menjadi manusia Madura seutuhnya. Manusia Madura yang sopan, rendah hati, berbahasa halus, dan berserah diri. Perihal ini menarik untuk ditelaah, karena bertolak belakang dengan stereotype yang cenderung melekat pada masyarakat Madura sebagai masyarakat yang kasar, udik, suka berkelahi, dan keras kepala. Melalui pendekatan performance studies, pagelaran mamaca dapat ditafsir beberapa moda pertunjukannya (mode of performance) antara lain cara berpakaian yang menunjukkan simbol kehormatan dan relasi kuasanya, posisi pertunjukan, bentuk musikal yang lembut dan lambat, serta penggunaan beberapa perangkat pengeras suara yang mengingatkan akan nilai-nilai kehidupan dan sebagai simbol masyarakat komunal.

 

KATA KUNCI : tradisi lisan, mamaca, madura, pagelaran, sumenap

Downloads

Download data is not yet available.

References

Ahmad, R. (2017). Sepenggal Kearifan Bondowoso: Tradisi Mamaca Madura Parry - Lord’s Perspective. Yogyakarta: Diandra Kreatif.

Bouvier, H. (2002). Lèbur!: Seni Musik dan Pertunjukan dalam Masyarakat Madura. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Hidayatullah, P. (2015). Upacara Seni Hodo Sebagai Ritual Kesuburan Masyarakat Dukuh Pariopo Situbondo. In International Conference on Nusantara Philosophy (pp. 459–471). Yogyakarta: Fakultas FIlsafat, Universitas Gadjah Mada.

Hidayatullah, P. (2018a). Mamaca: Sastra Lisan Masyarakat Madura. Buletin Sastra Dewan Kesenian Jember.

Hidayatullah, P. (2018b). Pengamalam Relijiusitas dalam Teater Tradisional Masyarakat Madura di Situbondo. Patrawidya.

Retsikas, K. (2007). The Power of the Senses Ethnicity, History and Embodiment in East Java, Indonesia. Jurnal Indonesia and the Malay World, 35(102).

Rifai, M. A. (2007). Manusia Madura: Pembawaan, Prilaku, Etos Kerja, Penampilan, dan Pandangan Hidupnya seperti Dicitrakan Peribahasanya. Yogyakarta: Pilar Media.

Sastroyatmo, M. (Ed.). (1981). Babad Madura. Jakarta: Depdikbud, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah.

Setiawan, A. (2018). Arkeologi Gamelan di Sumenep: Dari Imaji Masyarakat Akar Rumput tentang Gamelan Hingga Penelusuran Gamelan Langka Dengan Berbagai Problematiknya. Surakarta.

Simatupang, G. R. L. L. (2019). Play and Display: Dua Moda Pergelaran Reyog Ponorogo di Jawa Timur. Yogyakarta: Porgram Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Sofyan, A. (2009). Morfologi Bahasa Madura Dialek Sumenep. Universitas Gadjah Mada.

Wiyata, L. (2013). Mencari Madura. Jakarta: Bidik-Phronesis Publishing.

Published
2020-12-08
How to Cite
Hidayatullah, P. (2020). Pagelaran Mamaca dan Proses Menjadi Manusia Madura. Musikolastika: Jurnal Pertunjukan Dan Pendidikan Musik, 2(2), 105-120. https://doi.org/10.24036/musikolastika.v2i2.44
Section
Articles